Berwisata Sambil Menjelajah Sejarah di Batavia Lama

12.16


Menjelajah masa lampau Batavia tidak perlu repot-repot menciptakan mesin waktu. Tengok saja kawasan kecil di perbatasan Jakarta Barat dan Utara bernama Batavia Lama (Oud Batavia) atau yang kini akrab disebut Kota Tua Jakarta.

Kawasan seluas 139 hektare itu memiliki sejuta pesona dan nilai histori tinggi. Pada abad ke-16, bahkan bangsa kolonial pernah menyebut kawasan Batavia Lama sebagai Permata Asia dan Ratu dari Timur. Sebutan ini tidak asal disematkan, sebab Batavia Lama merupakan pusat perdagangan Asia karena lokasinya strategis, yaitu sebagai titik pertemuan dengan sumber daya melimpah.

Waktu berlalu, zaman pun berganti, kejayaan Batavia Lama atau lebih dikenal Kota Tua masih tersisa meski telah terjadi pergeseran fungsi sebagai kota wisata, bukan lagi kawasan perdagangan. Untuk bisa menikmati kawasan tersebut, berwisata ke Kota Tua dipastikan tidak cukup sekali. Sebab, begitu banyak lokasi bisa dikunjungi, bahkan tidak bisa dinikmati dalam sekilas.

Salah satu titik yang kini menjadi pusat keramaian ialah Taman Fatahillah yang dikelilingi sejumlah museum, antara lain Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah), Museum Keramik, dan Museum Wayang. Jika lelah berkeliling museum, beristirahatlah di area Taman Fatahillah yang menghadirkan eksotika tempo dulu di tengah-tengah perkembangan zaman. Sensasi berada di keramaian pengunjung dibalut dengan nuansa historis bangunan-bangunan tua, memberi kenikmatan tersendiri bagi mereka yang hidup di era modernisasi yang setiap hari harus berpacu dengan waktu.

Apabila mata sudah dipuaskan oleh suguhan deretan gedung bergaya kolonial dan beragam benda bersejarah di sejumlah museum, pengunjung bisa menghapus lapar dan dahaga dengan menikmati sajian kuliner dari ala kaki lima hingga restoran kelas elite.

Selain berwisata kuliner, kawasan Taman Fatahillah juga mengakomodasi hasrat pengunjung yang ingin bebelanja. Di salah satu sudut pelataran, terdapat deretan pedagang menjual aneka kerajinan tangan, aksesori, tas, baju dan sepatu bermodel terkini, hingga jasa melukis wajah atau sketsa. Sayangnya, barang-barang yang dijual di kawasan itu belum ada yang menonjolkan ciri khas Kota Tua sebagai cendera mata.

Bagi yang hobi berfoto atau lebih populer disebut selfie atau wefie, juga akan terpuaskan dengan banyaknya objek menarik sebagai latar belakang. Bisa juga berfoto dengan manusia patung dengan berbagai kostum, antara lain tentara, noni Belanda, hingga sosok hantu ala Indonesia, yakni kuntilanak dan pocong. Taman Fatahillah merupakan salah satu kepingan kawasan Kota Tua. Jika ingin menelusuri seluruh penjuru kawasan itu, manfaatkanlah jasa sepeda onthel sewaan.Jangan lupa memakai topi bundar ala tempo dulu untuk menambah suasana nostalgia. Dengan mengayuh sepeda mengintari kawasan tersebut, ada beberapa tempat yang bisa disinggahi, antara lain Museum Bank Mandiri dan Museum Bank Indonesia yang letaknya berdampingan, Toko Merah yang warna bangunannya sesuai dengan namanya.

Bagi yang ingin menikmati hembusan angin pantai, pergilah ke Pelabuhan Sunda Kelapa dan jangan lupa menengok kekukuhan Jembatan Kota Intan, yang dibangun oleh kolonial.Makin terintegrasi Untuk bisa berwista ke Kota Tua tanpa harus membawa kendaraan pribadi, Pemerintah Provinsi DKI menyediakan fasilitas transportasi publik dari berbagai wilayah di Jakarta, yaitu bus Trans-Jakarta dan kereta api commuterline.Ada juga angkutan umum lainnya dengan banyak rute, yaitu mikrolet hingga kopaja.

Akses transportasi dan jalan penghubung juga semakin terintegrasi karena sejak beberapa tahun lalu dibangun terowongan penyeberangan orang sehingga memudahkan pejalan kaki untuk mencapai halte bus Trans-Jakarta dan KRL tanpa perlu beradu dengan arus lalu lintas.

Pesatnya perkembangan era modernisasi juga diterapkan pemerintah agar kawasan Kota Tua dapat menjadi tujuan wisata favorit. Baru-baru ini Menteri Pariwisata Arief Yahya menginstruksikan pemasangan jaringan internet gratis di kawasan itu.

Sejarawan dan sastrawan, Remy Sylado, mengatakan pemerintah berkewajiban memelihara situs-situs peninggalan sejarah. Sebab untuk memajukan aspek pariwisata di suatu wilayah, hal yang harus ditonjolkan ialah nilainilai sejarah yang membentuk wilayah tersebut. Namun, ia menyayangkan kondisi bangunan di Kota Tua yang tidak terawat serta sejumlah persoalan lain yang menjadi benang kusut dalam penataan kawasan tersebut. Menurutnya, langkah pemerintah yang kini gencar merevitalisasi Kota Tua juga lamban. Jika mayoritas aset bangunan di Kota Tua dimiliki swasta, tambahnya, pemerintah juga harus tegas membuat kebijakan perihal perawatan gedung tua.

“Tidak usah jauh-jauh ke Benua Eropa. Di benua tetangga saja seperti Australia, bangunan tuanya dipelihara, bahkan interiornya dipertahankan sesuasi aslinya. Padahal, bangunan tersebut banyak dipakai untuk permukiman dan pertokoan,“ ujar Remy, Selasa (4/11). FIT

Artikel Terkait

Previous
Next Post »